Artikel – Apa itu tanah masam? Secara umum pengertian tanah masam atau definisi tanah masam adalah tanah yang memiliki pH rendah, yaitu pH kurang dari 6,5. Nilai pH menunjukkan jumlah konsentrasi ion hidrogen (H+) didalam tanah. Semakin tinggi kadar ion hidrogen didalam tanah maka semakin rendah nilai pH tanah tersebut dan tanah semakin masam. Di Indonesia
umumnya tanah bereaksi masam dengan nilai pH rata-rata 4,0 – 5,5. Tanah yang bereaksi masam seringkali menjadi penyebab utama menurunnya produktifitas berbagai jenis tanaman. Tanah masam tersebar luas di Indonesia, yaitu pada tanah gambut dan rawa-rawa yang terdapat di berbagai daerah seperti Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Papua dan sebagian Pulau Jawa. Pada daerah-daerah tersebut curah hujan sangat tinggi dan banyak terkandung bahan-bahan organik. Kita seringkali menganggap bahwa tanah yang ber pH 6,0 – 6,5 cukup netral walaupun sebenarnya masih agak asam. Pada rentang pH tersebut masih bisa ditolelir oleh sebagian besar tanaman. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanh yang sangat masam dengan pH kurang dari 3,0. Tanah tersebut sangat masam karena kandungan asam sulfat yang sangat tinggi.
Ketangkep Wahabi Sama Saja (funny story)
A. Karakteristik dan Sifat Tanah Masam
Karakteristik tanah masam yang ekstrim menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak normal dan merana. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keracunan unsur tertentu dan tidak tersedianya beberapa unsur hara. Secara umum karakteristik dan sifat-sifat tanah masam dapat dicirikan sebagai berikut ;
a). tanah ber-pH
kurang dari 6,5
b). kapasitas penyangga basa sangat besar
c). daya simpan air sangat tinggi
d). daya isap air tinggi
e). ada keracunan unsur Al, Mn dan Fe pada tanaman
f). kandungan N, P, K, Ca, Mo dan Mg sangat rendah
g). pengikatan unsur N dan kegiatan mikroba menurun
h). mg dan kapur dapat bertukar rendah
i). dapat disertai kekurangan unsur Cu dan S
b). kapasitas penyangga basa sangat besar
c). daya simpan air sangat tinggi
d). daya isap air tinggi
e). ada keracunan unsur Al, Mn dan Fe pada tanaman
f). kandungan N, P, K, Ca, Mo dan Mg sangat rendah
g). pengikatan unsur N dan kegiatan mikroba menurun
h). mg dan kapur dapat bertukar rendah
i). dapat disertai kekurangan unsur Cu dan S
B.
Penyebab Tanah Masam
Penyebab tanah ber-pH rendah dan
bereaksi masam adalah kurang tersedianya unsur Kalsium (CaO) dan unsur
Magnesium (MgO). Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain sebagai berikut ;
a). Dekomposisi
bahan organik
Tanah gambut selalu ber-pH rendah
dan bereaksi masam, hal ini karena tanah gambut mengandung bahan organik sangat
tinggi. Sehingga aktifitas dekomposisi bahan organik juga tinggi, dimana dalam
proses tersebut selalu diiringi dengan hilangnya unsur Kalsium (CaO) yang ada
didalam tanah.
b). Kelebihan
unsur Al, Fe dan Cu
Unsur Aluminium (Al), Besi (Fe) dan
Tembaga (Cu) dalam jumlah yang berlebih dapat mengakibatkan tanah bereaksi
masam. Di daerah-daerah yang banyak mengandung unsur-unsur tersebut selalu
dijumpai tanah masam, seperti daerah pertambangan nikel, besi dan tembaga.
c). Curah hujan
yang tinggi
Pada daerah-daerah yang curah
hujannya sangat tinggi tanah selalu bereaksi masam. Tingginya curah hujan dapat
mengakibatkan terjadinya pencucian unsur hara didalam tanah sehingga secara alami tanah akan menjadi masam.
mengakibatkan terjadinya pencucian unsur hara didalam tanah sehingga secara alami tanah akan menjadi masam.
d). Drainase yang
kurang baik
Air yang selalu menggenang karena
sistem drainase yang kurang baik dapat mengakibatkan tanah menjadi masam pada
tanah rawa.
e). Pupuk
pembentuk asam
Penggunaan pupuk pembentuk asam
secara berlebihan dan terus-menerus dapat menyebabkan pH tanah menurun dan
bereaksi masam. Beberapa jenis pupuk nitrogen seperti ZA, Urea, ZK, Amonium
Sulfat dan Kcl berpengaruh terhadap menurunnya pH tanah.
C.
Dampak Rendahnya pH Tanah dan Akibat dari Tanah Masam
Tumbuhan atau tanaman sebagian besar
dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal pada tanah yang ber-Ph netral. Hanya
sedikit jenis tumbuhan yang mampu hidup normal pada tanah masam. Senyawa pirit
(ferit) merupakan sumber masalah pada tanah dengan pH rendah (Mensvoort dan
Dent, 1998). Jika tanah masam dikeringkan atau teroksidasi, maka senyawa pirit
akan membentuk senyawa feri hidroksida (Fe(OH)3 sulfat SO42- dan ion hidrogen
H+ sehingga tanah menjadi sangat masam. Akibatnya kelarutan ion-ion Fe2+, Al3+
dan Mn2+ bertambah di dalam tanah dan dapat bersifat racun bagi tanaman. Al dan
Fe mengikat Fosfat dalam bentuk aluminium fosfat atau besi fosfat sehingga
ketersediaan fosfat didalam tanah berkurang. Menurut Putu dan Widjaya-Adhi
(1990), bila tanah masam kejenuhan basa menjadi rendah, akibatnya terjadi
kekahatan unsur hara di dalam tanah.
Akibat tanah masam dan dampak dari
pH tanah yang rendah antara lain sebagai berikut ;
a). Menyebabkan
penurunan ketersediaan unsur hara bagi tanaman,
b). Meningkatkan dampak unsur beracun dalam tanah,
c). Penurunan produktifitas tanaman,
d). Mempengaruhi fungsi penting biota tanah yang bersimbiosis dengan tanaman seperti iksasi nitrogen oleh Rhizobium.
b). Meningkatkan dampak unsur beracun dalam tanah,
c). Penurunan produktifitas tanaman,
d). Mempengaruhi fungsi penting biota tanah yang bersimbiosis dengan tanaman seperti iksasi nitrogen oleh Rhizobium.
D.
Cara Mengatasi dan Menetralkan pH Tanah Masam
Pada prinsipnya ada tiga kelompok
cara penanganan masalah tanah masam yang berhubungan dengan pengelolaan
kesuburan tanah dan pengendalian gulma di tingkat masyarakat, yaitu cara kimia,
cara fisik-mekanik dan cara biologi. Masing-masing cara memiliki kelebihan dan
kekurangan, sehingga dalam praktek ketiga cara tersebut seringkali diterapkan
secara bersama-sama. Cara kimia merupakan salah satu upaya pemecahan masalah
kesuburan tanah dengan menggunakan bahan-bahan kimia buatan. Beberapa upaya
yang sudah dikenal adalah pengapuran, pemupukan, dan penyemprotan herbisida.
a.
Pengapuran
Pengapuran merupakan upaya pemberian
bahan kapur ke dalam tanah masam dengan tujuan untuk:
a). Menaikkan pH
tanah
Nilai pH tanah dinaikkan sampai pada
tingkat mana Al tidak bersifat racun lagi bagi tanaman dan unsur hara tersedia
dalam kondisi yang seimbang di dalam tanah. Peningkatan pH tanah yang terjadi
sebagai akibat dari pemberian kapur, tidak dapat bertahan lama, karena tanah
mempunyai sistem penyangga, yang menyebabkan pH akan kembali ke nilai semula
setelah beberapa waktu berselang.
b). Meningkatkan
KTK (Kapasitas Tukar Kation)
KTK meningkat sebagai akibat dari
peningkatan pH tanah. Namun peningkatan KTK ini juga bersifat tidak tetap,
karena sistem penyangga pH tanah tersebut di atas.
karena sistem penyangga pH tanah tersebut di atas.
c). Menetralkan Al
yang meracuni tanaman
Karena unsur Ca bersifat tidak mudah
bergerak, maka kapur harus dibenamkan sampai mencapai kedalaman lapisan tanah
yang mempunyai konsentrasi Al tinggi. Hal ini agak sulit dilakukan di lapangan,
karena dibutuhkan tenaga dalam jumlah banyak dan menimbulkan masalah baru yaitu
pemadatan tanah. Alternatif lain adalah menambahkan dolomit (Ca, Mg(CO3)2) yang
lebih mudah bergerak, sehingga mampu mencapai lapisan tanah bawah dan
menetralkan Al. Pemberian kapur seperti ini memerlukan pertimbangan yang
seksama mengingat pemberian Ca dan Mg akan mengganggu keseimbangan unsur hara
yang lain.
Tanaman dapat tumbuh baik, jika
terdapat nisbah Ca/Mg/K yang tepat di dalam tanah. Penambahan Ca atau Mg
seringkali malah mengakibatkan tanaman menunjukkan gejala kekurangan K,
walaupun jumlah K sebenarnya sudah cukup di dalam tanah. Masalah ini menjadi
semakin sulit dipecahkan, jika pada awalnya sudah terjadi kahat unsur K pada
tanah tersebut.
b.
Penambahan Unsur Hara / Pemupukan
Pemupukan merupakan jalan termudah
dan tercepat dalam menangani masalah kahat hara, namun bila kurang
memperhatikan kaidah-kaidah pemupukan, pupuk yang diberikan juga akan hilang
percuma. Pada saat ini sudah diketahui secara luas bahwa tanah-tanah pertanian
di Indonesia terutama tanah masam kahat unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan
kalium (K). Oleh karena itu petani biasanya memberikan pupuk N, P, K secara
sendiri-sendiri atau kombinasi dari ketiganya. Pupuk N mudah teroksidasi,
sehingga cepat menguap atau tercuci sebelum tanaman menyerap seluruhnya.
Pupuk P diperlukan dalam jumlah banyak karena selain untuk memenuhi kebutuhan
tanaman juga untuk menutup kompleks pertukaran mineral tanah agar selalu dapat
tersedia dalam larutan tanah.Pemupukan K atau unsur hara lain dalam bentuk
kation, akan banyak yang hilang kalau diberikan sekaligus, karena tanah masam
hanya mempunyai daya ikat kation yang sangat terbatas (nilai KTK tanah-tanah
masam umumnya sangat rendah). Unsur hara yang diberikan dalam bentuk kation mudah
sekali tercuci.
Supaya tujuan yang ingin dicapai
melalui pemupukan dapat berhasil dengan baik, maka harus diperhatikan hal-hal
berikut:
a). Waktu
pemberian pupuk
Waktu pemberian pupuk harus
diperhitungkan supaya pada saat pupuk diberikan bertepatan dengan saat tanaman
membutuhkannya, yang dikenal dengan istilah sinkronisasi. Hal ini dimaksudkan
agar tidak banyak unsur hara yang hilang tercuci oleh aliran air, mengingat
intensitas dan curah hujan di kawasan ini sangat tinggi. Waktu pemberian pupuk
yang tepat bervariasi untuk berbagai jenis pupuk dan jenis tanamannya.
Pemupukan N untuk tanaman semusim sebaiknya diberikan paling tidak dua kali,
yaitu pada saat tanam dan pada saat pertumbuhan maksimum (sekitar 1-2 bulan
setelah tanam). Sementara pupuk P dan K bisa diberikan sekali saja yaitu pada
saat tanam.
b). Penempatan
pupuk
Penempatan pupuk harus diusahakan
berada dalam daerah aktivitas akar, agar pupuk dapat diserap oleh akar
tanaman secara efektif. Kesesuaian letak pupuk dengan posisi akar tanaman disebut dengan istilah sinlokalisasi.
tanaman secara efektif. Kesesuaian letak pupuk dengan posisi akar tanaman disebut dengan istilah sinlokalisasi.
c). Dosis pupuk
Jumlah pupuk yang diberikan harus
sesuai dengan kebutuhan tanaman, supaya pupuk yang diberikan tidak banyak yang
hilang percuma sehingga dapat menekan biaya produksi serta menghindari
terjadinya polusi dan keracunan bagi tanaman. Walaupun pemupukan merupakan cara
yang mudah dan cepat untuk mengatasi permasalahan kahat (defisiensi) hara,
namun terdapat beberapa kelemahan dari cara ini yang harus dipertimbangkan
dalam merencanakan program pemupukan.
Beberapa kelemahan dari pengelolaan
tanah secara kimia adalah:
> Pemupukan
membutuhkan biaya tinggi karena harga pupuk mahal
> Penggunaan pupuk tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan fisik dan biologi tanah, bahkan cenderung
mengasamkan tanah.
> Pemupukan yang tidak tepat dan berlebihan menyebabkan pencemaran lingkungan
> Penggunaan pupuk tidak dapat menyelesaikan masalah kerusakan fisik dan biologi tanah, bahkan cenderung
mengasamkan tanah.
> Pemupukan yang tidak tepat dan berlebihan menyebabkan pencemaran lingkungan
c.
Penyemprotan Herbisida
Tumbuhan pengganggu atau gulma yang
tumbuh dalam lahan yang ditanami menyebabkan kerugian karena mengambil unsur
hara dan air yang seharusnya dapat digunakan oleh tanaman. Oleh karena itu
keberadaan dan pertumbuhan gulma harus ditekan. Cara kimia juga dipergunakan
untuk menekan pertumbuhan gulma yang banyak ditemukan pada tanah masam seperti
alang-alang, yakni dengan memakai herbisida. Pemakaian herbisida harus
dilakukan secara tepat baik dalam hal jumlah (dosis), waktu dan penempatannya,
demikian pula harus disesuaikan antara macam herbisida dengan gulma yang akan
diberantas. Penggunaan herbisida yang berlebihan dapat menyebabkan bahaya
keracunan pada si pemakai dan pada produk pertanian yang dihasilkan serta
pencemaran lingkungan.
d.
Pemberian Mikrorganisme Pengurai
Terdapatnya bahan organik yang belum
terurai juga akan menyumbangkan tingkat keasaman tanah, pristiwa ini sering
terlihat pada tanah-tanah sawah yang terlalu cepat pengerjaannya. Pemberian
mikroorganisme pengurai akan mempercepat dekomposisi bahan organik dalam tanah
sehingga akan membantu ketersediaan dan keseimbangan unsur hara. Selain itu
perombakan bahan organik juga akan menyeimbangkan KTK tanah.
e.
Pemberian Pupuk Phospat
Kekahatan P merupakan salah satu
kendala utama bagi kesuburan tanah masam. Tanah ini memerlukan P dengan takaran
tinggi untuk memperbaiki kesuburantanah dan meningkatkan produktivitas tanaman.
Untuk mengatasi kendala kekahatan P umumnya menggunakan pupuk P yang mudah
larut seperti TSP, SP-36, SSP, DAP. Pupuk tersebut mudah larut dalam air
sehingga sebagian besar P akan segera difiksasi oleh Al dan Fe yang terdapat di
dalam tanah dan P menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Fosfat alam dengan
kandungan Ca setara CaO yang cukup tinggi (>40%) umumnya mempunyai
reaktivitas tinggi sehingga sesuai digunakan pada tanah-tanah masam.
Sebaliknya, fosfat alam dengan kandungan sesquioksida tinggi (Al2O3 dan Fe2O3)
tinggi kurang sesuai digunakan pada tanah-tanah masam.
Demikian tentang “Tanah Masam dan Cara
Mengatasinya” Semoga bermanfaat….
No comments:
Post a Comment