Tanah kering dan tandus tentu tidak dapat digunakan sebagai media untuk bercocok tanam. Hal ini dikarenakan penyebab tanah tandus
dan kering tidak memiliki cukup nutrisi dan air karena nutrisi dan air
tidak dapat ditahan oleh tanah. Banyak faktor yang menyebabkan tanah
menjadi kering dan tandus.
Kusir Berdebat (funny Story)
Faktor utama penyebab tanah kering dan tandus
Namun faktor-faktor utama yang menyababkan kondisi tanah menjadi seperti ini yaitu:
- Cuaca dan kekeringan
- Struktur tanah yang rendah porositasnya
- Kurangnya materi organik tanah
- Kurangnya mineral dan materi esensial tanah (N, P, dan K)
- Kurangnya rongga udara
- Tidak adanya (mikro)organisme tanah
Untungnya, dengan campur tangan manusia,
tanah kering dan tandus dapat diperbaiki dan ditingkatkan kesuburannya.
Dapat kita lihat contoh nyata di Gunung Kidul, Yogyakarta dan bahkan di
Dubai, Uni Emirat Arab di mana tanah gurun yang kering dan tandus kini
disulap menjadi kebun dan taman-taman cantik. Secara umum, metode
penaggulangan tanah kering dan tandus dapat dibagi melalui pendekatan
mekanik, non-biologis, dan biologis.
Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa metode Cara Menyuburkan Tanah Kering dan Tandus :
Metode pendekatan mekanik
Metode penyuburan tanah berdasarkan
pendekatan mekanik menitik beratkan metode pada pengolahan lahan dengan
tujuan mengubah struktur tanah. Contoh dari metode ini adalah sebagai
berikut.
1. Menyiram dengan air
Tanah yang kering tentu saja kekurangan air. Apabila cuaca dan iklim tidak mendukung memiliki manfaat curah hujan yang tinggi, maka penyiraman buatan dapat dilakukan. Air dapat disalurkan dengan pemencar (sprinkle) untuk membuat air tersebar secara merata.
2. Membuat jalur irigasi
Salah satu metode pengairan yang sangat
luas dipakai di dunia adalah dengan irigasi air dari jalur sungai. Pada
metode ini, sodetan dapat dibuat di sungai sehingga air mengalir secara
otomatis ke lahan. Letak lahan harus diperhatikan yaitu di bawah aliran
atau sejajar dengan aliran agar air dapat mengalir. Bila letak astronomis dan geografis
sungai tidak memenuhi syarat, maka pompa dapat menaikan air secara
buatan. Namun demikian, maka ada energi yang dibutuhkan. Air akan
membasahi lahan dan akan terinkorporasi dengan molekul tanah.
3. Membuat jalur pengairan limbah
Jalur irigasi biasanya berasal dari
sungai dan sumber air lainnya yang mengandung sedikit materi organik
(oligotrofik). Sebenarnya, materi organik ini dapat ditambahkan ke dalam
tanah bersamaan dengan jalur irigasi apabila air yang digunakan kaya
akan nutrisi (eutrofik). Salah satu contoh air eutrofik adalah air
limbah domestik yang berasal dari pemukiman warga.
Air limbah domestik baik untuk digunakan
dalam sistem ini. Hal ini karena limbah domestik mengandung materi
organik yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan dapat terdeposisi di
tanah sebagai topsoil. Namun demikian, perlu diperhatikan
kualitas dari air limbah domestik ini. Apabila limbah terkontaminasi
senyawa kimia berbahaya maka air menjadi tidak layak untuk digunakan.
4. Membajak lahan
Pembajakan berguna untuk membolak-balikan lahan terutama daerah yang berada di zona topsoil
(0 – 20cm dari permukaan tanah). Dahulu pembajakan tanah dilakukan
secara manual dengan cangkul atau bantuan hewan seperti kerbau. Kini
pembajakan biasanya dilakukan dengan mesin traktor. Tanah yang telah
dibajak akan terangkat dan menjadi gembur. Jenis-jenis tanah seperti
tanah gembur berarti tanah memiliki rongga dalam strukturnya (tidak
padat) sehingga organisme tanah seperti cacing dan mikroorganisme bisa
hidup di dalamnya. Akar tanaman pun akan lebih mudah mendapatkan oksigen
dengan struktur tanah yang berongga ini.
5. Memperkokoh tanah
Tanah tandus seringkali tidak kokoh dan mudah sekali mengalami erosi tanah.
Hal ini diperparah apabila secara topografi, tanah memiliki kemiringan
yang cukup tinggi. Pada kondisi ini, sengkedan atau terasering dapat
dibuat sehingga tanah akan kokoh pada tempatnya untuk menerima irigasi.
Batuan dan jaring buatan pun dapat digunakan untuk mempertahankan posisi
tanah.
6. Menaikan porositas
Porositas tanah bergantung dari komposisi tanah. Tanah yang memiliki porositas tinggi memiliki kandungan partikel besar (sand) yang sedikit dibandingkan partikel yang lebih kecil (silt dan clay).
Porositas yang tinggi berguna untuk menahan air dan nutrisi di dalam
tanah dan tak terbawa air. Dengan demikian pada tanah dengan porositas
rendah dapat ditambahkan partikel clay untuk selanjutnya dibajak agar tanah tercampur.
Metode Non Biologis
Metode non-biologis secara umum memiliki
pendekatan dengan mengubah kondisi kimiawi tanah. Kondisi ini dapat
diubah dengan memasukkan sejumlah materi tertentu ke dalam tanah. Contoh
dari metode ini adalah sebagai berikut.
1. Menambahkan pupuk kimia
Kurangnya materi esensial (nitrogen,
fosfor, dan kalium) pada tanah dapat membuat tanah menjadi tandus. Untuk
itulah pupuk kimia dapat ditambahkan pada tanah. Jenis pupuk ini dengan
segera dapat menutrisi tanaman karena senyawa kimia yang tersedia dapat
diserap langsung oleh tanaman. Di antara pupuk kimia yang banyak
digunakan adalah NPK, ZA, dan urea.
Penggunaan pupuk kimia tidak boleh
diberikan dalam dosis yang berlebihan. Hal ini dikarenakan senyawa yang
tidak terserap tanaman dan terdeposisi dalam tanah akan tercuci oleh air
dan masuk ke dalam air tanah. Hasilnya adalah air tanah menjadi
tercemar dengan senyawa kimia yang berasal dari pupuk.
2. Menambahkan mineral
Selain materi esensial, tanah tandus pun
dikenali dengan kurangnya mineral yang terkandung di dalamnya. Mineral
ini terdiri dari Boron, Klorin, Tembaga, Kobalt, Besi, Mangan,
Magnesium, Molibdenum, Belerang, dan Seng. Karena mineral biasanya
berasal dari batuan yang mengalami pelapukan, maka penambahan mineral
dilakukan dengan menambahkan beberapa batuan ke lapisan atmosfer tanah.
3. Menambahkan batuan halus
Beberapa senyawa dapat ditambahkan ke
dalam tanah melalui penambahan batuan halus, contohnya adalah batuan
fosfat. Batuan fosfat ini tidak hanya mengandung fosfor saja namun juga
karbon, kalsium, dan materi mineral tambahan seperti yang disebutkan
sebelumnya. Namun sayangnya, batuan fosfat juga memilki kandungan logam
berat yang signifikan.
Untuk menggunakan batuan secara efektif,
batuan dihaluskan hingga ukurannya cukup kecil kemudian ditambahkan
bersamaan dengan pupuk kandang. Asam dari pupuk kandang akan melarutkan
fosfat. Di lain pihak, fosfat akan menstabilkan nitrogen yang berasal
dari pupuk kandang.
4. Menambahkan debu granit
Debu granit dan mineral glaukonit dapat
digunakan untuk menambah kandungan kalium tanah. Debu granit mengandung
sekitar 1-5% kalium sedangkan sisanya merupakan mineral tambahan.
Sayangnya debu granit kurang dapat larut dalam air sehingga tidak banyak
kalium yang dapat larut dalam waktu cepat. Namun demikian, dampak
positifnya adalah debu granit merupakan slow release fertiliser
yang membuat penambahan debu granit tidak perlu sesering senyawa
non-organik lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk glaukonit (greensand).
5. Menambahkan batuan kapur
Batuan kapur dapat menambahkan kandungan
kalsium dalam tanah. Selain itu, batuan kapur dapat memperbaiki kondisi
pH tanah yang terlalu rendah yang akan membuat tanah menjadi subur dan
tidak tandus seperti yang akan dijelaskan selanjutnya.
6. Menambahkan debu basal
Salah satu sumber mikronutrien lainnya
yang banyak digunakan adalah debu basal. Debu ini berasal dari pelapukan
batuan basal dan mengandung mineral-mineral penting yang berguna dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Debu ini secara alami ada di
daerah dengan gunung berapi yang aktif, misalnya saja daftar gunung di Jawa Barat,
di daerah yang tidak memiliki gunung berapi aktif, debu basal
didapatkan dengan penambahan secara buatan. Untungnya dengan sifat low release
dan harga yang tidak terlalu mahal, penggunaan debu basal merupakan
pilihan yang tepat dalam meningkatkan kandungan mineral tanah.
7. Mengatur pH
pH tanah dapat bervariasi dari asam,
netral, hingga alkalis. pH tanah yang subur berada di kisaran 6.0 hingga
6.8 dengan batas toleransi. Bila tanah terlalu asam (pH kurang dari 6),
maka batuan kapur dapat ditambahkan. Ion karbonat dalam batuan kapur
akan berikatan dengan ion hidroksil sehingga menaikkan pH. Sebaliknya,
bila tanah terlalu alkalis, maka batuan gipsum dapat ditambahkan. Ion
sulfat dalam gipsum akan berikatan dengan ion hidronium sehingga
menurunkan pH. Baik kapur dan gipsum yang akan digunakan harus melalui
proses pabrikasi yang baik sehingga tidak mengandung kontaminan yang
malah mengganggu kesuburan tanah.
8. Menghambat laju buang nitrogen
Nitrogen dapat lepas dari tanah melalui
siklus nitrogen ke udara . Lepasnya nitrogen dari dalam tanah ini dapat
dihambat dengan menambahkan suatu senyawa inhibitor. Inhibitor ini dapat
membuat nitrogen dapat bertahan lebih lama di dalam tanah dan telah
diuji di Brasil pada tanaman tebu dengan hasil yang memuaskan. Nitrogen
yang berada di dalam tanah lebih lama akan membuat tanah menjadi subur
dan jauh dari kondisi tandus.
Metode Biologis
Penanggulangan tanah kering dan tandus
dengan metode biologis memiliki arti memanipulasi tanaman, makhluk hidup
tanah, dan menggunakan produk yang berasal dari makhluk hidup untuk
diaplikasikan pada tanah. Contoh dari metode ini adalah sebagai berikut.
1. Menambahkan materi dan pupuk organik
Faktor utama yang menentukan bahwa tanah
termasuk tanah tandus adalah tidak tersedianya materi organik tanah
yang tidak mencukupi. Materi organik memiliki kapasitas pertukaran ion
yang sangat tinggi sehingga dapat mengikat air dengan kuat. Hal ini yang
membuat tanah kering berarti kekurangan materi organik tanah.
Penambahan materi organik berbeda dengan
pupuk kimia karena materi organik tidak dapat secara langsung diserap
tanaman dan tersedia di tanah. Materi organik akan mengaktifkan
mikroorganisme untuk mendegradasi materi organik itu sendiri. Sama
dengan batuan basal, materi organik merupakan slow release fertiliser.
Namun demikian materi organik ini tidak terlalu kaya dengan nutrisi
sehingga penambahannya harus dibarengi dengan pupuk seperti kompos.
2. Materi hewani
Darah, tulang, dan bulu hewan dapat
digunakan sebagai pupuk organik. Darah mengandung sekitar 12-13%
nitrogen sedangkan bulu mengandung 7-10% nitrogen. Namun yang harus
diperhatikan adalah bahwa kandungan nitrogen yang sangat tinggi dapat
membuat tanaman keracunan ammonia dan mengundang munculnya patogen.
Meski mengandung nitrogen yang tinggi
namun bulu hewan tidak efisien untuk dijadikan pupuk organik karena
pelepasan nutrisinya sangatlah lama. Tulang hewan dapat meningkatkan
kadar fosfor tanah lebih cepat dibandingkan batuan. Ketiga bahan
tersebut sangat baik untuk menanggulangi tanah tandus dan cara mencegah tanah longsor, namun untuk lahan yang besar, penggunaanya tidak tepat mengingat harganya yang relatif mahal.
3. Serabut dan abu gergaji
Bahan ini mengandung sekitar 3% nitrogen
dan cocok untuk menambah nitrogen tanah dengan lebih efisien
dibandingkan materi hewani. Selain itu abu gergaji dapat digunakan untuk
mengoreksi pH, yaitu menaikan pH pada tanah yang pH-nya termasuk asam
4. Lamun
Lamun mengandung mineral yang merupakan
unsur hara penting bagi tanah, terutama kalium. Lamun dapat membantu
lepasnya mineral tanah bagi tanaman dan dapat menambah laju pertumbuhan
tanaman serta membuatnya tahan terhadap gangguan hama dan penyakit.
5. Materi ikan
Materi organik yang berasal dari ikan
dan lebih cepat menutrisi tanah yang akan memnbuat tanah menjadi lebih
subur dan tidak tandus sehingga akan mudah untuk di tanami oleh tumbuhan
atau tanaman pada tanah tersebut yang dibandingkan materi hewani dan
nabati.
6. Kascing
Kascing atau kotoran cacing merupakan
materi organik yang cepat diserap sangat baik bagi kegemburan tanah. Hal
ini karena selain memberikan materi organik tanah berupa kascing,
cacing juga turut membentuk struktur tanah secara mekanik serta
mempercepat penyerapan nutrisi ke dalam tanah dan pada tanaman dengan
mengubah bahan organik menjadi kascing.
7. Pupuk kandang
Pupuk kandang berasal dari kotoran
ternak dan unggas. Pupuk ini kaya akan nitrogen, fosfor, dan kalium
setelah melalui proses pematangan dan fermentasi. Pupuk kandang mudah
diserap tanah dan tanaman serta mengandung mikroba aktif yang
memperbaiki kondisi tanah (seperti pupuk hayati). Namun demikian, ada
kemungkinan pupuk kandang mengandung bakteri patogen seperti Escherichia coli yang dapat menimbulkan masalah kesehatan pada manusia.
8. Kompos
Kompos adalah hasil fermentasi aerobik
dari bahan-bahan hijau (daun, ilalang) dan bahan-bahan coklat (sisa
dapur). Kompos sangat baik untuk digunakan di tanah karena mengandung
rasio C/N yang sesuai untuk menyuburkan tanah. Kompos memiliki kelebihan
dibandingkan pupuk kandang yaitu dapat dibuat dalam skala rumahan dan
steril dari bakteri patogen.
9. Membuat tutupan hijau (green manure)
Ketika tanah tandus akan digemburkan
maka tanaman seperti ilalang dan tanaman sederhana yang memiliki
ketahanan tinggi ditanam. Ketika tanaman mati maka tanaman akan menjadi
materi organik yang menyuburkan tanaman.
10. Mengganti tanaman secara periodik
Pergantian tanaman secara periodik sudah
mejadi suatu metode yang umum dilakukan. Pergantian tanaman ini
dilakukan agar tanah menjadi tidak jenuh atau tandus dan untuk mengisi
kembali tanah dengan nutrisi terutama nitrogen. Biasanya tanaman yang
digunakan adalah tanaman kacang-kacangan yang dapat bersimbiosis dengan
bakteri pemfiksasi nitrogen untuk menambah kandungan nitrogen tanah
dalam bentuk ammonium dan nitrat.
11. Mengintegrasikan ternak
Ternak yang dipelihara di dekat lahan
pertanian dapat memberikan keuntungan untuk kesuburan lahan. Hal ini
dikarenakan buangan dari peternakan dapat langsung digunakan di lahan
pertanian sebagai pupuk kandang ataupun materi organik seperti yang
dijelaskan sebelumnya.
12. Menambahkan pupuk hayati
Pupuk hayati berbeda dari pupuk organik
maupun pupuk non-organik. Hal ini dikarenakan pada pupuk hayati tidak
hanya terdapat senyawa yang mampu meningkatkan kesuburan tanah tetapi
juga tergantung suatu konsorsium mikroba tertentu. Konsorsium mikroba
ini akan tinggal di tanah dan memproses bahan-bahan organik menjadi
materi organik tanah.
Selain itu beberapa mikroba dapat bersimbiosis dengan tanaman. Mikroba jenis Rhizobium
dapat berikatan dengan akar tanaman dan membentuk struktur nodul akar
yang dapat berfungsi sebagai tempat pembentukan dan penyimpanan
nitrogen. Bakteri lainnya, semisal bakteri endofit, diketahui dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Namun demikian, penggunaan pupuk serta
perekayasaan lahan yang berlebihan justru akan merusak kondisi lahan.
Nutrisi tanah akan menjadi tidak seimbang dan berimbas misalnya pada pH.
Zat hara inorganik akan menggantikan materi organik pada topsoil
sehingga membuat materi esensial untuk jalannya ekosistem tanah
terganggu. Perlu diperhatikan juga tanah yang terlalu banyak materi
organiknya tidak sesuai untuk semua tanaman untuk berkembang.
No comments:
Post a Comment